SHALOM SAHABAT BLOG SEMUA...
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17)
Lewat ayat di atas penulis Amsal mengajak umat Tuhan untuk berempati kepada orang yang berada dalam keadaan sukar. Apalagi seorang sahabat, dia harus benar-benar menaruh belas kasihan kepada orang-orang seperti itu, bagai seorang saudara. Sikap ini meliputi pemberian semangat, penghiburan, menunjukkan jalan keluar, bahkan memberi pertolongan secara nyata , baik dengan tenaga, pikiran dan mungkin juga materi atau dana.
Ternyata bukan hanya orang yang dalam keadaan sukar saja yang memerlukan sahabat, orang yang sedang dalam keadaan senang pun memerlukan sahabat. Paulus menasihatkan jemaat di Roma untuk bersukacita dengan orang yang bersukacita, menangis dengan orang yang menangis.
Roma 12:15
"Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"
Tantangan untuk dekat dengan orang yang dalam keadaan senang adalah iri hati. "Buat apa turut merayakan kesenangannya, toh dia sudah senang. Lebih baik memikirkan bagaimana diri sendiri bisa senang", mungkin ada yang berpikir seperti ini. Namun seorang sahabat tidaklah demikian. Yohanes Pembaptis memberikan teladan tentang hal ini lewat kesaksiannya.
Yohanes 3:29
"Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh."
Dia (Yohanes Pembaptis) tidak iri mengapa Yesus lebih berhasil dari dirinya sekalipun dia lebih dahulu tampil dalam pelayanan.
Jika kita seorang sahabat, jangan tinggalkan sahabat kita sendirian. Dia membutuhkan kita, baik ketika dia senang, kehadiran kita mungkin sangat dinantikan olehnya.
Sediakan telinga untuk mendengar keluhan dan cerita yang menyenangkan dari dia, buka hati untuk menampung kesedihan dan sukacitanya. Pakailah tangan untuk menolong dia, jauhkan rasa enggan dan iri hati. Biarlah sahabat kita menemukan harapannya kembali karena kita berada di dekatnya, dan menjadi lebih bersukacita karena kita ada di sampingnya.
Seorang sahabat akan selalu ada ketika sahabatnya hendak berbagi beban atau pun sukacita.
Temukan saya di :
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Amsal 17:17)
Lewat ayat di atas penulis Amsal mengajak umat Tuhan untuk berempati kepada orang yang berada dalam keadaan sukar. Apalagi seorang sahabat, dia harus benar-benar menaruh belas kasihan kepada orang-orang seperti itu, bagai seorang saudara. Sikap ini meliputi pemberian semangat, penghiburan, menunjukkan jalan keluar, bahkan memberi pertolongan secara nyata , baik dengan tenaga, pikiran dan mungkin juga materi atau dana.
Ternyata bukan hanya orang yang dalam keadaan sukar saja yang memerlukan sahabat, orang yang sedang dalam keadaan senang pun memerlukan sahabat. Paulus menasihatkan jemaat di Roma untuk bersukacita dengan orang yang bersukacita, menangis dengan orang yang menangis.
Roma 12:15
"Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!"
Tantangan untuk dekat dengan orang yang dalam keadaan senang adalah iri hati. "Buat apa turut merayakan kesenangannya, toh dia sudah senang. Lebih baik memikirkan bagaimana diri sendiri bisa senang", mungkin ada yang berpikir seperti ini. Namun seorang sahabat tidaklah demikian. Yohanes Pembaptis memberikan teladan tentang hal ini lewat kesaksiannya.
Yohanes 3:29
"Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh."
Dia (Yohanes Pembaptis) tidak iri mengapa Yesus lebih berhasil dari dirinya sekalipun dia lebih dahulu tampil dalam pelayanan.
Jika kita seorang sahabat, jangan tinggalkan sahabat kita sendirian. Dia membutuhkan kita, baik ketika dia senang, kehadiran kita mungkin sangat dinantikan olehnya.
Sediakan telinga untuk mendengar keluhan dan cerita yang menyenangkan dari dia, buka hati untuk menampung kesedihan dan sukacitanya. Pakailah tangan untuk menolong dia, jauhkan rasa enggan dan iri hati. Biarlah sahabat kita menemukan harapannya kembali karena kita berada di dekatnya, dan menjadi lebih bersukacita karena kita ada di sampingnya.
Seorang sahabat akan selalu ada ketika sahabatnya hendak berbagi beban atau pun sukacita.
Temukan saya di :
- Facebook klik >> Add saya dong...
- Twitter klik >> Follow me
0 comments:
Post a Comment